Selasa, 17 Maret 2009

Pendidikan Dini Usia Pada Anak adalah Dasar bagi Kehidupan!

Pernahkah anda bertanya-tanya betapa pentingnya tahun-tahun awal kehidupan bagi hidup seorang anak, atau dalam hal ini bagi setiap individu? Sebagaimana seseorang telah mengamatinya dengan sungguh-sungguh bahwa “Beberapa tahun di awal kehidupan seorang anak akan berpengaruh seumur hidupnya!” Warisan budaya Asia kita juga memandang bahwa lima tahun pertama kehidupan seorang anak sebagai tahun-tahun pembentukan sebagaimana pada usia ini anak menyerap nilai-nilai dan mengembangkan kebiasaan yang akan melekat pada diri mereka selama masa kehidupannya. Ada bukti bahwa “pengalaman yang berdasar pada perkembangan otak pada tahun-tahun awal akan membentuk sistem syaraf dan pola biologis yang akan mempengaruhi kesehatan, cara belajar dan bersikap sepanjang hidupnya.” [Mustard, 2007]. Bukti lain yang berkembang saat ini bahwa tahun awal kehidupan ada beberapa segmen yang dianggap sebagai “masa kritis” perkembangan kognitif spesifik, sosial dan kemampuan psiko-motorik, yang secara signifikan memberi kesuksesan dalam kehidupan. Lebih spesifik pada periode ini penting bagi perkembangan bahasa dan ketrampilan sosial, juga ketrampilan dan pola pikir simbolis yang berhubungan dengan kemampuan untuk membuat pemikiran yang relatif, yang keseluruhannya sangat penting dalam masa belajar di sekolah dan bagi kehidupan.

Jika selama ‘periode kritis’ ini seorang anak tidak mendapat stimulasi yang berharga dan meningkatkan lingkungan fisik dan psiko-sosialnya, kesempatan berkembang untuk otak anak dengan potensi sepenuhnya sangatlah dan seringkali menurun. Penelitian memperlihatkan persentase anak-anak yang sangat besar dalam konteks kemiskinan, khususnya di negara berkembang dikatakan “beresiko” kaitannya dengan kesempatan hidup mereka. “Untuk anak yang lebih miskin di banyak negara pada masa usia sekolah, mereka sangat tidak diuntungkan dalam meningkatkan kemampuan sosial dan kognitif mereka” [WDR, 2006]. Secara logis apa yang terjadi adalah sangat penting untuk memperhatikan di tahun awal kehidupan seorang anak, menjamin lingkungan yang memungkinkan baginya dan berarti, memberi fondasi dalam kehidupan. Ini bukan hanya hak setiap anak, tapi akan berakibat jangka panjang pada kualitas kemampuan seseorang untuk negaranya, khususnya di wilayah kami, aset utama di tahun-tahun mendatang adalah ‘kekuatan kaum mudanya’.

Bagaimana kita memastikan bahwa setiap anak mendapatkan dasar yang tepat dalam kehidupannya? Investasi terbaik yang dapat kita wujudkan untuk anak dalam tahun awal ini adalah dengan menyediakan anak sebuah program Perlindungan dan Pendidikan Dini pada Anak [ECCE] yang berkualitas baik. Sebuah penelitian menunjuk bahwa program ECCE memberi keuntungan bagi kehidupan anak, khususnya dalam bentuk kualitas hidup, dalam kehidupan keluarga dan penyesuaian diri dalam masyarakat. Sementara anak dari strata sosial-ekonomi yang lebih tinggi seringkali ditinggalkan dengan pengasuh yang dibayar namun tidak terlatih, dalam strata sosial-ekonomi yang lebih rendah tanggungjawab pengasuhan anak diberikan sepenuhnya kepada saudara perempuan yang lebih tua, dengan demikian membuat mereka seringkali putus sekolah dan terampas baik masa kanak-kanaknya maupun haknya atas pendidikan dasar.

Apa ECCE yang berkualitas baik itu? Sebuah program ECCE yang baik adalah salah satu hal yang mendukung kebutuhan anak usia muda secara holistik dalam bentuk kesehatan, nutrisi dan pendidikan. Sementara kebutuhan nutrisi anak dipioritaskan pada tiga tahun pertama hidupnya yang merupakan masa penting dimana seorang anak lebih beresiko kekurangan nutrisi, sedangkan usia 3 sd 6 tahun membutuhkan sebuah program pengembangan pendidikan anak dini usia [ECE] yang tepat. Di banyak negara saat ini tahapan pendidikan diperpanjang sampai anak usia 8 tahun, karena hal ini diyakini bahwa kebutuhan perkembangan mental dan karakteristik anak dari usia 6-8 tahun lebih kurang sama dengan tahapan awal seorang anak dibanding dengan tahapan pada tingkat pendidikan dasar. Metodelogi kebutuhan belajar-mengajar harus berbasis aktifitas dan permainan, seperti halnya ECCE. Usia 6-8 tahun sebaiknya dilihat sebagai masa peralihan, masa sebaiknya dilalui dengan tepat karena seorang anak di masa ini mulai untuk menempatkan diri sesuai dengan tuntutan pendidikan dasar formal yang lebih tinggi.

Sebuah program ECCE dalam pengembangan mental yang tepat sangatlah penting untuk menyediakan sebuah dasar untuk seorang dalam pengembangan secara keseluruhan. Ini termasuk kegiatan fisik dan perkembangan motorik, perkembangan bahasa, perkembangan sosial dan emosi, perkembangan kognitif dan perkembangan untuk mengapresiasi keindahan dan kreatifitas dalam diri anak-anak. Hal ini dipercaya oleh semua pendidik bahwa “bermain” adalah media terbaik dalam pengajaran pada tahap ini, karena bermain datang dengan sendirinya pada anak dan menjadi kunci untuk menciptakan dan mempertahankan ketertarikan dasar dalam belajar. Hal ini juga cara terbaik untuk melaksanakan program ECCE dalam bahasa ibu mereka yang telah mereka pelajari dan mulai digunakan, sehingga mereka dapat mempelajari dan memproses pengetahuan baru lebih mudah. Kegiatan bermain ini termasuk bercerita, bersajak, permainan bahasa, permainan pengenalan angka, musik dan gerakan, kreatifitas seni dan prakarya, bermain berbagai macam boneka, aktifitas perkembangan motorik kasar dan halus, kegiatan drama yang memungkinkan anak-anak bereksplorasi, beruji-coba, bertanya, mengemukakan alasan dan memecahkan masalah kecil. Program ini perlu memiliki sebuah keseimbangan yang baik dari permainan bebas dan yang diarahkan, permainan di dalam dan luar ruangan, kegiatan kelompok besar dan kecil, individual, kelompok yang serius dan meriah. Bagi anak usia 5-6 tahun perlu kesiapan aktifitas sekolah yang spesifik yang mengarah pada konsep pra-menulis, pra-membaca dan pra-ketrampilan tentang angka. Program berpusat pada anak yang tepat perlu menjadi sebuah program yang direncanakan sesuai kebutuhan perkembangan dasar anak, karakteristik dan ketertarikan dan difokuskan pada pengembangan beberapa ketrampilan dasar anak juga kompetensi yang akan mempersiapkan anak kepada dunia sekolah dan juga kehidupan. Beberapa di antaranya ada didaftar untuk bahan referensi yang mudah di halaman tengah. Para guru juga dapat membuat sebagai bahan tempel dan meletakkannya di kelas sehingga mereka senantiasa mengingat apa yang sedang mereka capai, seringkali ada resiko kegiatan yang dilakukan guru di kelas hanya semata sebagai kegiatan dan kehilangan fokusnya!

Sayangnya, di sekeliling kita program pengembangan mental yang tepat ECE hanya tersedia bagi sejumlah kecil anak. Sementara kebanyakan anak yang berasal dari kelompok miskin tidak mendapatkan ECCE yang baik atau kalau pun ada memiliki kualitas yang sangat minim, ada sejumlah besar anak yang mengikuti kelas bermain di sekolah swasta yang berkembang sangat pesat. Dengan kurangnya regulasi atau sistem pendahuluan, sekolah ini seringkali dikelola oleh guru yang tidak terlatih dalam ECE. Sebagai akibatnya, sekolah ini memperkenalkan pada anak tentang pelajaran literasi dan pengenalan angka dengan cara formal di mana bagi anak belum siap secara umur dan pengalaman.

Hal ini menimbulkan tekanan akademis pada anak yang dapat mempengaruhi perkembangan mereka. Walaupun anak-anak dapat mengikuti tentang apa yang diajarkan, meskipun dalam pengawasan, melalui belajar menghafal, ada penelitian menunjukkan bahwa hal ini dapat membahayakan bagi perkembangan kepribadian mereka. Pertama, ketika mereka diharapkan belajar diluar kemampuan mereka, kemungkinan untuk gagal lebih tinggi daripada sebaliknya. Hal ini dapat berakibat apa yang dikenal sebagai bentuk sindrom “belajar kebodohan” yang berarti sang anak mungkin kenyataannya tidaklah bodoh namun karena tingkat pengharapan yang tidak masuk akal ini, ia mulai percaya bahwa sesungguhnya dia adalah seorang yang bodoh dan hal ini mempengaruhi tingkat percaya diri sang anak dalam kehidupannya. Kerugian kedua adalah menciptakan fondasi akademik awal yang lemah terhadap keseluruhan pendidikan di masa depan yang dijalankan. Juga seorang yang belajar di bawah tekanan hanya pembelajaran menghafal akan mengarah pada ketidakseimbangan karena ketrampilan kognitif dan bahasa dengan demikian tidak berkembang ke arah yang seharusnya dapat mereka capai. Paling penting, hal ini dilihat bahwa tekanan awal ini menimbulkan apa yang dikenal sebagai sebuah “hipotesa watak yang rusak”! Ini berarti bahwa anak belajar ketrampilan yang dibuat untuk mereka, namun karena tekanan untuk belajar yang tidak semestinya, mereka kehilangan watak atau ketertarikan dalam menggunakan ketrampilan ini seperti kita pernah dengar banyak guru dan orangtua mengeluh bahwa anak mereka telah belajar membaca, tapi mereka tidak tertarik dalam membaca buku bacaan selain buku teks mereka! Sangatlah penting baik orangtua dan guru untuk mengingat hal ini bisa disebabkan karena program pembelajaran yang menyimpang kedalam sebuah program pengembangan yang tidak selayaknya dan menjadi alat perlawanan produktif bagi anak! Untuk itu penting bagi kita para pendidik untuk mendukung dan berbagi informasi secara luas tentang program ECCE yang berkualitas baik, dengan demikian dengan proses sederhana tuntutan dan kebutuhan kita dapat mengkontrol tuntutan program ECCE yang berkualitas baik yang merupakan hak bagi setiap anak!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar